Sunday, March 30, 2008

OMG, I'm Still Virgin?!

Ok. Kenapa judul blog ini OMG, I’m Still Virgin?! Kenapa nggak milih yang lain? Well … Well, sebenarnya ini adalah bentuk nyata dari keisengan si gue, yang anehnya disetujui Mely (read: Pitak) without any complain. So, pada hari yang bersangkutan *gue nggak inget tanggal berapa, mungkin Pitak bisa memberikan detailnya, dengan catatan kalau dia nggak ikut-ikutan lupa, lol* gue dan Pitak mengobrol ria pake Y Messenger. Kita mengobrol nggak jelas, kadang timbul tenggelam karena kita sama-sama lagi kerja. Ada satu moment yang gue ingat waktu Pitak nanyain kemanakah gerangan blog lama gue. Setelah penjelasan yang cukup masuk akal ala gue dan Pitak mengerti, akhirnya tercetus ide untuk bikin novel bareng. Aih! Lucunya *giggle* dan kita pun mulai merancang-rancang si novel itu. Akhirnya Pitak bilang kita bikin Chicklit on-line, dengan syarat it’s gonna be different with others. Gue sih setuju-setuju aja, toh nggak akan masuk neraka kalau bikin Chicklit yang beda dengan yang lain, hehehe. Dan Pitak yang penuh semangat pun berbaik hati membuatkan sebuah templete keren *seriously, I love this one*

Balik lagi ke masalah judul chicklit, gue mencomotnya dari salah satu pernyataan teman gue di kantor, waktu kita hangout ke salah satu kafe favorit di KL. She said, “ …. Omg, I am still virgin! And bla…bla…bla.”

Saat itu gue berpikir: masalahnya apa kalau ente masih virgin? Kenapa harus malu? Toh, budaya timur nggak akan mem-black-list makhluk-makhluk tak tersentuh itu secara sosial. So what?

Sampai hari berikutnya gue masih kepikiran soal virginitas. Ada banyak pendapat tentang hal ini, tergantung dari sudut mana mereka memandangnya. Teman kuliah gue pernah terheran-heran, menatap gue dengan pandangan nggak percaya setengah menghina waktu dia tahu gue masih perawan. Emang gue pikirin? Masalahnya bukan pada persoalan enggak laku atau being a loser ya *blink* Virgin or not virgin, it’s your own choice. Buat gue pribadi lebih cendrung sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap diri sendiri dan agama gue. Namun bukan berarti seseorang yang enggak virgin tidak punya tanggung jawab moral terhadap diri sendiri atau agamanya ya. Seperti yang gue bilang tadi, ini adalah sebuah pilihan.

Nggak ada istilah loser, dan gue juga kurang setuju dengan sebagian orang yang kurang open minded dengan menjudge seorang wanita yang sudah tidak perawan sebelum terikat perkawinan sebagai wanita yang tidak baik. Belum tentu dia seperti yang anda pikirkan, dan ada banyak pembelajaran dibalik semua itu. Salah seorang teman gue pernah mengeluh betapa munafik dan egoisnya sebagian pria yang menginginkan istrinya seorang perawan sementara dia sendiri sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan wanita lain. Ketika salah seorang sahabat menceritakan kegundahan hatinya pada gue tepat sebelum dia memutuskan untuk melamar pacarnya yang ternyata sudah tidak virgin lagi, gue bilang keperawanan enggak akan menjamin kebahagian sebuah perkawinan. Tanpa bermaksud mengenyampingkan makna sebuah keperawanan lho. Mendapatkan pasangan yang masih perawan merupakan sebuah hadiah yang tak ternilai, namun itu bukan tujuan seseorang melakukan ijab-kabul kan?

Berkaitan dengan judul blog, gue memandang virginitas dalam skala yang lebih luas lagi. Once more, virgin berarti tidak tersentuh. Orang-orang modern menyebut suku anak dalam di Sumatra sebagai virgin. Gue pernah mendengar istilah hutan perawan, dan kadang cara berpikir seseorang pun masih perawan. Ini yang ingin gue sentuh lewat novel on-line ini. Sometimes kita nggak tahu mengapa, kenapa dan apa yang kita alami, sesekali kita seperti meraba dalam gelap. However, meskipun gue ragu apakah istilah virgin ini cocok gue gunakan atau enggak, tapi gue suka banget kalimat OMG, I’m still virgin?! untuk menyindir segala bentuk ketidaktahuan seorang anak manusia akan sesuatu. Anyway, kami akan segera posting sinopsis chicklit dan chapter pertama. Tunggu saja *wink* Take Care.

Muah muah
Tomat